" Selain berfungsi menahan abrasi, menahan terpaan angin dari laut hutan mangrove juga sebagai tempat berkembangbiaknya satwa yang ditangkap oleh para nelayan..."
Pontianak (ANTARA News) - Pengelola Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) di Kalimantan Barat memperkirakan 50 persen kawasan mangrove di taman nasional itu mengalami kerusakan sehingga mengancam ekosistem, mempercepat abrasi dan mempengaruhi mata pencaharian nelayan setempat.
Kepala Bidang Perencanaan TNGP Ibrahim Sumardi menuturkan saat dihubungi di Pontianak, Rabu, di Taman Nasional Gunung Palung terdapat 7 tipe ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Walau luasannya di TNGP terbilang sangat kecil, namun hutan mangrove memiliki fungsi yang cukup besar sebagai salah satu ekosistem tersebut.
Ia melanjutkan, bagi masyarakat nelayan di Kayong Utara keberadaan mangrove menjadi isu yang penting untuk keberlangsungan matapencaharian mereka. "Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun air untuk bermukim dan berkembang biak," ujar dia.
Hutan mangrove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata serangga dan sebagainya.
Selain menyediakan keanekaragaman hayati, ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.
Sedangkan habitat mangrove merupakan tempat mencari makan, bertelur, mengasuh dan membesarkan bahkan juga sebagai tempat berlindung bagi ikan-ikan kecil termasuk kerang dari predator.
"Selain berfungsi menahan abrasi, menahan terpaan angin dari laut hutan mangrove juga sebagai tempat berkembangbiaknya satwa yang ditangkap oleh para nelayan, jika mangrove-nya rusak sama saja merusak mata pencaharian nelayan," kata Ibrahim.
Di Desa Sejahtera dan Desa Simpang Tiga Kecamatan Sukadana misalnya, terdapat kawasan pantai yang jaraknya 100 meter lebih dari bibir pantai. Padahal dahulu, merupakan kawasan hutan mangrove dan kini sudah rusak sehingga perlu dikembalikan fungsinya.
"Kita sudah membentuk tujuh kelompak masyarakat yang saat ini sudah memulai ingin mengembalikan keberadaan dan fungsi hutan mangrove di kawasan mereka," kata Ibrahim.
Ketujuh kelompok masyarakat saat ini sudah mulai tumbuh kesadaran betapa pentingnya keberadaan hutan mangrove. Diharapkan ke depan, kelompok-kelompok ini akan menularkan ke masyarakat mengenai pentingnya menjaga kawasan hutan di lingkungan mereka masing-masing.
Kepala Bidang Perencanaan TNGP Ibrahim Sumardi menuturkan saat dihubungi di Pontianak, Rabu, di Taman Nasional Gunung Palung terdapat 7 tipe ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Walau luasannya di TNGP terbilang sangat kecil, namun hutan mangrove memiliki fungsi yang cukup besar sebagai salah satu ekosistem tersebut.
Ia melanjutkan, bagi masyarakat nelayan di Kayong Utara keberadaan mangrove menjadi isu yang penting untuk keberlangsungan matapencaharian mereka. "Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun air untuk bermukim dan berkembang biak," ujar dia.
Hutan mangrove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata serangga dan sebagainya.
Selain menyediakan keanekaragaman hayati, ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya.
Sedangkan habitat mangrove merupakan tempat mencari makan, bertelur, mengasuh dan membesarkan bahkan juga sebagai tempat berlindung bagi ikan-ikan kecil termasuk kerang dari predator.
"Selain berfungsi menahan abrasi, menahan terpaan angin dari laut hutan mangrove juga sebagai tempat berkembangbiaknya satwa yang ditangkap oleh para nelayan, jika mangrove-nya rusak sama saja merusak mata pencaharian nelayan," kata Ibrahim.
Di Desa Sejahtera dan Desa Simpang Tiga Kecamatan Sukadana misalnya, terdapat kawasan pantai yang jaraknya 100 meter lebih dari bibir pantai. Padahal dahulu, merupakan kawasan hutan mangrove dan kini sudah rusak sehingga perlu dikembalikan fungsinya.
"Kita sudah membentuk tujuh kelompak masyarakat yang saat ini sudah memulai ingin mengembalikan keberadaan dan fungsi hutan mangrove di kawasan mereka," kata Ibrahim.
Ketujuh kelompok masyarakat saat ini sudah mulai tumbuh kesadaran betapa pentingnya keberadaan hutan mangrove. Diharapkan ke depan, kelompok-kelompok ini akan menularkan ke masyarakat mengenai pentingnya menjaga kawasan hutan di lingkungan mereka masing-masing.
Editor: Fitri Supratiwi