Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa

Tiket kereta ICE, dicetak di rumah
Saya dan Si Ayah tidak suka naik pesawat, ribet cek in, pemeriksaan sekuriti dan menunggu boarding. Ribetnya dikalikan dua kalau traveling dengan anak-anak. Karena itu, kami memilih moda transportasi kereta api untuk keliling Eropa. Harganya tidak selalu lebih murah, tapi lebih nyaman dan sama cepat dengan pesawat untuk jarak dekat.

Informasi tentang perkeretaapian di Eropa, bahkan di seluruh dunia tersedia lengkap di website Seat 61. Website yang dibuat oleh Mark Smith, pecinta kereta api ini, sangat mudah digunakan. Dari ini kita tahu kereta apa saja yang melayani rute yang akan kita perlukan nanti.  

Saya mulai browsing tiket kereta api setelah mendapatkan tiket pesawat ke Eropa. Rute, jadwal dan harga tiket kereta api penting untuk membuat itinerary. Sebenarnya, tiket kereta api bisa dibeli online sejak 3 bulan sebelum jadwal keberangkatan, sama seperti di Indonesia. Lebih awal membeli, harga lebih murah. Semakin mendekati tanggal keberangkatan, harga semakin mahal. Beli langsung (go show) di stasiun kereta akan mendapatkan harga termahal, sampai tiga kali lipat harga tiga bulan sebelumnya.

Saya sempat galau, haruskah membeli tiket kereta sebagai syarat pengajuan visa Schengen? Dari beberapa pengalaman travel blogger lain, ada yang bilang wajib melampirkan tiket pesawat/kereta antar negara Schengen yang akan dikunjungi. Namun ada juga yang tidak melampirkan tiket kereta api, dan tetap sukses mendapatkan visa. Dalam lembar itinerary yang kami lampirkan untuk visa, kami tulis dalam keterangan bahwa tiket kereta antar negara akan kami beli setelah mendapatkan visa. Begitu juga ketika diwawancara, dijawab seperti itu. Alhamdulillah, visa tetap lolos.

Tiket kereta saya beli setelah aplikasi visa diterima, sekitar satu bulan sebelum tanggal keberangkatan. Semua bisa dibeli online dengan kartu kredit, melalui website berikut:

1. SNCF untuk kereta dari dan ke Perancis
2. Thalys untuk kereta tujuan Paris, Brussels, Cologne, Amsterdam
3. Bahn untuk kereta dari dan ke Jerman
4. Capitaine Train untuk semua rute kereta di Eropa

Tiket kereta api di Eropa, berdasarkan fleksibilitasnya ada 3 macam. Tiket promo yang paling murah (no-flex) biasanya tidak bisa dikembalikan (non refundable) atau diubah jadwalnya. Tiket semi-flex bisa diubah jadwalnya atau dikembalikan dengan biaya tertentu. Tiket yang paling mahal sangat fleksibel, bisa diubah jadwalnya dan diuangkan kembali tanpa biaya apapun. Semua tiket yang saya beli termasuk yang harganya paling murah, non-flexible.

Berdasarkan kelasnya, kereta api di Eropa ada 2 macam: kelas 1 (comfort 1, alias eksekutif) dan kelas 2 (comfort 2, alias ekonomi). Tidak perlu ditanya lagi, semua tiket kami kelas 2, karena tempat duduk dan kenyamanan gerbong kelas 2 ini sudah setara kelas eksekutif kereta api Indonesia :)

Ada diskon khusus untuk anak-anak, remaja, pensiunan dan yang mempunyai railpass. Kami tidak memakai railpass karena keliling Eropanya hanya ke negara-negara dekat saja. Saya belum menghitung sih, bisa seberapa hematnya. Anak-anak di bawah 4 tahun bisa gratis naik kereta. Anak-anak antara 4-11 tahun memakai tarif anak, sementara remaja usia 12-25 juga mendapatkan diskon untuk remaja. Ada juga penawaran diskon untuk grup. Untungnya, kita tidak perlu repot-repot menghitung diskon ini, karena akan dilakukan otomatis ketika kita memasukkan usia penumpang di website pemesanan tiket. Kalau pergi dengan keluarga, mintalah tempat duduk 'family seating', nanti akan diberikan tempat duduk berdekatan. Kita bisa melihat tempat duduk kita di denah, tapi tidak bisa menggantinya.

Sebelum membeli tiket, saya mendaftar dulu kebutuhan kami. Hari pertama di Eropa, kami akan bermalam di rumah saudara di kota Lens, Perancis utara, kira-kira satu jam dari kota Lille. Saya mengecek rute kereta di website SNCF, ternyata kami perlu naik dua kereta, TGV dari airport CDG ke Lille, kemudian dilanjutkan dengan kereta regional TER dari Lille ke Lens. Untuk kereta regional seperti TER, tidak perlu membeli tiket terlebih dahulu karena harganya tetap dan tidak ada nomor tempat duduk. Karena itu kami hanya membeli tiket TGV.

Setelah semalam di Lens, kami akan langsung ke Brussels. Dari Lille ke Brussels, kami kembali naik TGV, hanya perlu 36 menit untuk melintasi batas negara Perancis menuju Brussels. Setelah semalam di Brussels, kami melanjutkan perjalanan ke Cologne, Jerman dengan kereta Thalys (1 jam 47 menit). Di Cologne, kami tidak menginap, hanya transit saja sekitar 3 jam untuk melihat-lihat Katedral Cologne yang terkenal itu. Rencananya, koper-koper akan kami titipkan di stasiun. Pada hari yang sama, kami akan melanjutkan perjalanan ke Amsterdam. Kali ini kami naik kereta ICE (2 jam 41 menit) yang bisa dipesan via website BAHN. Hanya menginap dua malam di Amsterdam, kami kembali ke Paris dengan kereta Thalys (3 jam 17 menit), yang tiketnya saya pesan di website resminya.

Cara memesan kereta di masing-masing website sangat mudah, mirip dengan memesan tiket kereta api di Indonesia. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Pilih layanan berbahasa Inggris, biasanya dengan mengklik gambar bendera di pojok kanan atas. Saya sendiri juga pusing kalau harus baca bahasa selain Inggris :)
2. Pilih negara asal: Indonesia atau kalau tidak ada pilihan, pilih "other countries"
3. Pastikan kita tahu nama stasiun asal dan stasiun tujuan (buka google map). Di beberapa negara, satu kota mempunyai dua nama dalam bahasa yang berbeda. Misal, Brussels juga dikenal sebagai Bruxelles. Cologne biasa disebut Köln. Stasiun Brussels untuk kereta dari wilayah Perancis adalah Brussels Midi, sementara stasiun Köln di dekat katedral adalah Köln Hbf. Untuk Amsterdam, kami turun di stasiun Amsterdam Centraal, dan di Paris, kami turun di stasiun Gare du Nord.
4. Cek harga tiket di beberapa website. Saya menemukan tiket kereta ICE lebih murah di website Bahn. Sementara harga tiket Thalys sama saja, di website resminya atau di SNCF.
5. Kadang website tertentu tidak bisa memroses booking dengan kartu kredit dari Indonesia. Coba booking di hari lain atau ganti booking di website lain. Saya berhasil memesan tiket TGV di website SNCF dari CDG ke Lille. Tapi begitu saya coba beli lagi dari Lille ke Brussels, website-nya tidak mau terima. Akhirnya saya booking via Capitaine Train.
6. Pilih 'cetak tiket di rumah'. Tiket yang dicetak sendiri ini tidak perlu ditukarkan dengan tiket asli. Nantinya cukup ditunjukkan ke petugas, disertai identitas.
7. Bila pilihan 'cetak tiket sendiri' tidak ada, pilih 'ambil tiket di mesin tiket/stasiun'. Kita akan mendapatkan nomor referensi yang bisa digunakan untuk mengambil tiket melalui mesin tiket di stasiun. Pembayaran dengan kartu kredit tetap dilakukan di website pemesanan.

Berikut adalah tiket yang saya booking online, dengan harga untuk berempat (2 dewasa, 1 remaja dan 1 anak) dan website pemesanannya. Semua dibayar dengan kartu kredit dari Indonesia.

# CDG Airport - Lille Europe, kereta TGV, €49.50, dipesan via web SNCF
# Lille Europe - Brussels Midi, kereta TGV, €72, dipesan via web Capitaine Train
# Brussels Midi - Köln Hbf, kereta Thalys, €69,50, dipesan via web Thalys
# Köln Hbf - Amsterdam Centraal, kereta ICE €77, dipesan via web Bahn
# Amsterdam Centraal - Paris Gare du Nord, kereta Thalys, €167,50, dipesan via web Thalys

Saya tidak membandingkan harga tiket kereta ini dengan tiket pesawat. Coba cek sendiri di website Skyscanner.
Ada yang pernah membeli tiket kereta keliling Eropa juga? Via website apa?

~ The Emak 

 

Baca juga:
#EUROTRIP
VISA
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga 
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen


TRANSPORTASI
Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa
Terbang Ke Eropa Dengan Emirates
 
ITINERARY
Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!

PENGINAPAN
Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  

Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam


PACKING 
Tip Packing Ke Eropa
Read more ...

Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!


 
 
Skrinsyut website www.rome2rio.com

Bagi saya, merencanakan perjalanan adalah kesenangan tersendiri. Travel planning is half the fun. Apalagi ketika menyusun itinerary untuk perjalanan yang sudah saya impikan sejak dulu. Ke Eropa cuy!

Karena akan pergi sekeluarga, saya harus mengakomodasi keinginan masing-masing orang, yang tentu saja berbeda-beda. Yang jelas, kami akan ada di Paris minimal 4 hari, karena Si Ayah ada tugas presentasi paper, membawa nama Indonesia. Selanjutnya ke mana? Bisa saja sih kami hanya keliling-keliling seputar Paris dan di satu negara Perancis saja. Perancis yang besar itu tidak akan habis dijelajahi dalam waktu dua minggu. Tapi mosok sudah sampai ke Eropa cuma ngendon di satu negara? Rugi banget, apalagi sudah repot urus visa Schengen yang bisa dipakai di 26 negara. Tambahan lagi, Big A sudah pengin banget menambah koleksi negaranya.

Saya survey ke anggota keluarga. Si Ayah bilang ingin ke Swiss. Meskipun Si Ayah suka dengan wisata kota atau sejarah, dia lebih senang kalau bisa memotret pemandangan (landscape photography). Big A pengen ke Jerman, karena tugas akhirnya di kelas 6 tentang negara tersebut, jadi dia ingin sekali mampir ke sana untuk membuktikan apa yang sudah dia pelajari. Little A keinginannya sederhana: ingin ke Disneyland. Saya sendiri ingin ke Amsterdam, melihat-lihat kanal dan mencari jejak Hindia Belanda di sana.

Kalau jalan-jalannya ikut grup tur tentunya tidak perlu repot-repot mengurus itinerary, tinggal ikut saja apa jadwal yang ditawarkan mereka. Biasanya mereka menawarkan 12 hari keliling Eropa, mengunjungi 4-5 negara dengan bis wisata. Saya mengintip itinerary dua agen perjalanan untuk inspirasi. Itinerary Golden Rama 12 hari: Jakarta - Frankfurt (transit) - Roma - Pisa - Prato - Venice - Zurich - Mt Titlis - Lucerne - Paris - Brussels - Amsterdam - Frankfurt (transit) - Jakarta. Harga USD 2.428. Itinerary Dwi Daya 12 hari: Jakarta - Amsterdam - Paris - Dijon - Lucerne/Zurich - Mt Titlis - Lucerne/Zurich - Venice - Pisa - Rome - Jakarta. Harga USD 2.570. Harga keduanya belum termasuk visa. Duh, baca itinerarynya saja saya capek. Saudara kami pernah ikut tur semacam itu, memang bisa melihat dan mampir ke ikon-ikon penting di Eropa, tapi ya cuma sebentar-sebentar saja dan tidak puas. Saya juga membayangkan anak-anak tidak akan kuat dengan jadwal sepadat itu. Jalan-jalan dengan tur grup memang bukan gaya kami yang lebih suka slow traveling dengan menjelajah sendiri satu kota selama mungkin. Kekurangan tidak ikut tur, kemungkinan waktunya tidak efektif karena kalau mau molor-molor terserah kita, selain itu kemungkinan tersesat juga besar. Tapi itu lah asyiknya :D

Itinerary tak bisa dilepaskan dari biaya atau budget yang kita sediakan. Transportasi antar negara di Eropa dan transportasi lokal yang akan kita pakai sangat memengaruhi anggaran. Oh, iya, dari awal kami sudah tentukan Euro Trip kali ini hanya mengunjungi negara-negara dalam wilayah Schengen saja, tidak sampai mengunjungi London (Inggris) karena untuk ke sana memerlukan visa yang berbeda.

Setelah tahu kota mana saja yang akan kita kunjungi, langkah pertama yang saya lakukan adalah membuka Google Map. Really, google map is your best friend. And slow internet connection is your worst enemy. Untuk tahu moda transportasi dan biaya yang dibutuhkan untuk jalan dari satu kota ke kota lain, saya dibantu oleh website Rome2Rio. Website ini memberi gambaran kasar berapa jarak dari Paris ke Amsterdam, misalnya, dan moda transport apa saja yang bisa dipilih (kereta, bis, pesawat, sewa mobil, dll) beserta kisaran biayanya.

Saya dan Si Ayah benci naik pesawat terbang karena harus cek in awal dan melewati sekuriti. Tambah ribet kalau bawa-bawa koper besar. Dan lagi, biasanya bandara terletak di luar kota sehingga perlu biaya tambahan dari kota menuju bandara. Meski kadang harga tiket pesawat sedikit lebih mahal daripada naik kereta, kami tetap memilih naik kereta karena lebih nyaman bagi kami, dan sama cepatnya. Untuk membantu memilih kereta, saya mengandalkan website Seat 61 yang sangat lengkap membahas perkereta-apian di seluruh dunia. Dari website tersebut saya bisa tahu kereta-kereta apa saja yang melayani jalur yang saya inginkan. 

Kami sudah memutuskan membeli tiket Singapore - Paris (CDG), naik Emirates. Karena itu itinerary saya mulai dari Paris. Pada awalnya saya mengajukan rute klasik Paris - Brussels - Amsterdam saja, agar punya banyak waktu menjelajahi masing-masing kota. Untuk rute tersebut, kita cuma perlu satu jenis kereta saja, yaitu Thalys. Setelah saya amati lebih jauh, ternyata kereta Thalys juga melayani rute dari Brussels ke Cologne (Köln) di Jerman. Dan dari Cologne juga ada kereta ICE menuju Amsterdam. Akhirnya Cologne saya masukkan sebagai day trip.

Rupanya rute yang menurut saya sempurna ini tidak serta merta disetujui Si Ayah yang masih pengin melihat 'pemandangan' di Eropa, tidak cuma kota-kota saja. Si Ayah bahkan menanyakan mengapa saya pengin banget ke Amsterdam. Apa yang bisa dilihat di Amsterdam? Duh, sampai pengin nangis saya, hiks. 

Akhirnya saya membuatkan rute alternatif, Brussel dan Amsterdam saya ganti dengan kota-kota di Italia, melewati Swiss, kemudian baru ke Paris. Harga dan jadwal tiket pesawat saya cek di Skyscanner. Ternyata jatuhnya lebih mahal! Hahaha. Tentu saja Si Ayah pilih yang lebih murah. Saya bilang ke dia: Italia harus kita kunjungi sendiri, nanti kita road trip dari selatan ke utara. Swiss pun bisa kita tengok lain kali, lebih keren di musim dingin sambil main salju (pede banget, amin). Begitulah, akhirnya kami sepakat rute klasik tersebut, dengan moda transportasi kereta antar negara.

Rute kereta Thalys
Google Map is your best friend!
Ketika mengajukan visa Schengen, itinerary kami belum selesai. Saya dan Si Ayah masih bertengkar, berapa hari sebaiknya menginap di masing-masing kota. Kami juga punya rencana mengunjungi saudara di kota Lens (1 jam dari Lille). Untuk keperluan visa, kami menggunakan itineray simpel Paris - Lille (Perancis Utara) - Brussels - Paris. Akomodasi kami pesan online dari website booking.com yang bebas biaya pembatalan: 2 malam di Lille, 2 malam di Brussels. Akomodasi di Paris sudah pasti, kami pesan apartemen dari AirBnb untuk 7 malam dibayar di muka. Setelah mendapatkan visa, kami membatalkan pesanan hotel via website booking dot com, dan mulai membeli tiket kereta. Setelah mendapatkan tiket kereta, kami baru memesan akomodasi dengan harga terendah (tidak bisa dibatalkan). 

Berikut Itinerary lengkap kami:
Hari 1: Surabaya - Singapura - Dubai 
(AirAsia/SQ, Emirates, bermalam di pesawat)
Hari 2: Dubai - Paris CDG airport - Lille - Lens 
(Emirates, kereta TGV 1 jam, TER 45 menit, bermalam di rumah saudara)
Hari 3: Lens - Lille (kereta TER, 45 menit), Lille - Brussels (kereta TGV, 36 menit), bermalam di Novotel Grand Place)
Hari 4: Brussels - Cologne (kereta Thalys, 1 jam 47 menit), Cologne - Amsterdam (kereta ICE, 2 jam 41 menit), bermalam di Meininger Hotel)
Hari 5: Amsterdam 
(bermalam di Meininger Hotel)
Hari 6: Amsterdam - Paris
(kereta Thalys 3 jam 17 menit, bermalam di apartemen airbnb)
Hari 7 - Hari 12: Paris
(bermalam di apartemen airbnb)
Hari 13: Paris - Dubai 
(Emirates, bermalam di Dubai airport)
Hari 14: Dubai - Singapura - Surabaya
(Emirates, China Airlines)

Tip membeli tiket kereta antar negara di Eropa bisa dibaca di sini.

Ada yang pernah ke Eropa dengan keluarga? Pilih ke kota mana saja?

~ The Emak

 
Baca juga:
#EUROTRIP
VISAMengurus Visa Schengen Untuk Keluarga Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen


TRANSPORTASI

Berburu Tiket Pesawat Murah ke EropaTip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa Terbang Ke Eropa Dengan Emirates
 
PENGINAPAN
Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  
Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam

PACKING Tip Packing Ke Eropa
Read more ...

Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa

Berburu tiket pesawat ke Eropa tuh ngeri-ngeri sedap. Sedap karena akhirnya kesampaian juga liburan ke Eropa. Ngeri karena harganya!

Agar jadi yang pertama kali tahu kalau ada promo pesawat murah, saya follow semua akun maskapai yang terbang ke Eropa. Saya juga langganan nawala (newsletter) mereka. Rajin amat? Maklum, separuh pengangguran :D

Kalau terbang dari Jakarta pilihan maskapainya lebih banyak dan tiket pesawatnya pun bisa lebih murah daripada terbang dari kota-kota lain di Indonesia. Karena kami tinggal di Surabaya, kami harus memutuskan mau transit di mana. Bisa beli langsung Surabaya-Eropa atau beli ketengan tiket pesawat dari Jakarta, Singapura atau Kuala Lumpur. Nanti tiket yang dari Surabaya ke kota-kota tersebut beli sendiri. Kelemahan kalau ngeteng begini, bagasi harus diambil dan di-cek-in-kan lagi. Kelebihannya? Harganya lebih murah. Cocok untuk yang pengen berhemat. Repot dikit nggak papa.

Terbang ke Eropa enaknya naik apa? Kalau saya pengennya pesawat bagus, pelayanan oke, tapi harganya rumah. Saya ngintip website ini untuk tahu ranking maskapai penerbangan. Kalau bisa sih naik maskapai yang masuk Top 10 karena ini penerbangan long haul, bawa anak-anak lagi. Favorit saya tentu Garuda (tahun 2013 ranking 8). Bukan karena nasionalis, tapi karena makanannya enak (menurut lidah orang Indonesia ini) dan nanti poin GFF-nya bisa dipakai untuk penerbangan domestik. Kalau nggak dapat Garuda, ya maskapai-maskapai UEA: Emirates (1), Qatar Airways (2) dan Etihad (7). Naik Singapore Airlines (3) saya juga mau kok. Tapi kok pesimis duluan harga tiketnya nggak masuk dalam anggaran. Malaysia Airlines (14) pun saya nggak menolak, asal nemu tiket murah juga ke Kuala Lumpurnya. Kalau maskapai Eropa seperti Lufthansa (11), KLM (37) atau Air France (40), saya pasrah aja, lihat dulu apa harganya cocok.

Untuk cari-cari tiket murah via internet ini saya mengandalkan website Skyscanner Indonesia. Tinggal masukin kota asal, kota tujuan, tanggal pergi dan tanggal pulang, lalu klik tombol CARI. Dalam sekejap (kalau internetnya cepat) akan muncul ratusan alternatif tiket dengan berbagai kemungkinan rute dan maskapai. Sudah diurutkan berdasar harga termurah! *doi ngerti banget perasaan aku* Untuk tahu itinerary masing-masing, tinggal klik tombol Pilih, nanti akan muncul bandara untuk transfer, lama menunggu dan durasi penerbangan. Kita juga bisa mem-filter pencarian dari jumlah transit dan durasi penerbangan. Pilihan saya sih maksimal 2x transit dari Surabaya. Kalau sudah cocok harga dan itinerarynya, bisa beli langsung via agen online yang disarankan Skyscanner atau... cek dulu toko sebelah :D

Selain Skyscanner, saya juga membuka website KAYAK untuk mencari alternatif lain. Bagusnya, di Kayak kita bisa memilih tiket multi-city, misalnya berangkat dari Jakarta ke Amsterdam, lalu pulangnya lewat Paris. Di Skyscanner, sampai tulisan ini dibuat, belum tersedia pilihan multi-city. 

Tapi 'mainan' saya yang utama adalah app skyscanner mobile yang terpasang manis di iPhone. App ini keren karena bisa menyimpan pilihan penerbangan yang kita incar dan bisa kita intip-intip pergerakan harganya, naik atau turun. Benar-benar ngeri-ngeri syedap :p 

Saya mulai berburu tiket pesawat di bulan Maret, empat bulan sebelum keberangkatan, sebelum mengurus visa. Setelah tahu tanggal pasti acara Si Ayah, pencarian semakin giat. Acara Si Ayah mulai Selasa 8 - Sabtu 12 Juli. Jadi saya harus mencari sekitar tanggal tersebut. Idealnya, kami berangkat akhir pekan sebelum acara dan pulang 2-3 hari setelah acara. Saya cari dari berbagai kemungkinan bandara asal: SUB, CGK, SIN dan KUL dan dua kemungkinan bandara tujuan: CDG (Paris) dan AMS (Amsterdam). Tanggalnya juga macam-macam, berangkat Rabu, Kamis atau Jumat dan pulang Senin atau Selasa. Coba dihitung, ada berapa permutasi tuh? 

Beberapa penerbangan dengan harga dan jadwal yang cocok, saya pantau (klik gambar teropong di kiri bawah apps). Yang saya suka dari Skyscanner ID ini, harga sudah dalam rupiah, termasuk pajak. Jadi tidak perlu pusing lagi dengan kurs dolar ketika membandingkan. Kita bisa memilih penerbangan dengan berbagai maskapai yang berbeda, meskipun biasanya harga tiket pp untuk maskapai yang sama lebih murah.

Jadi, berapa harga tiket yang murah?
Menurut saya, tiket murah adalah tiket dengan harga tertinggi yang sanggup kita beli. Setuju nggak?

Harga tiket pesawat sangat tergantung tanggal penerbangan. Di high season, musim liburan berjamaah seperti liburan sekolah Juni-Juli, liburan akhir tahun (Desember-Januari) dan liburan paskah (awal April), harga tiket lebih mahal daripada bulan-bulan lain. Kalau pengen tiket murah, pergilah di bulan-bulan low season: Februari, Mei dan November. Harga tiket juga sangat tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar. Sekarang ini harga dolar Amerika melambung sampai Rp 12.000 per dolar. Jadi semurah-murahnya tiket sekarang, pasti lebih mahal daripada tiket beberapa tahun lalu sewaktu nilai tukar satu dolar hanya Rp 10.000. Budget saya untuk pembelian tiket Eropa ini maksimal Rp 12,5 juta per orang atau total Rp 50 juta untuk sekeluarga. Kalau lebih dari itu, biar Si Ayah berangkat sendiri saja :p


Kalau kita langganan nawala maskapai penerbangan, biasanya ditawari promo tiket menggunakan harga dalam dolar Amerika (USD). Sekitar bulan November tahun lalu ada promo Qatar Airways hanya USD 600-an, tapi untuk penerbangan segera (immediate travel). Harga segitu murah banget, tapi kalau harus pergi dalam 2-3 minggu ke depan, bagaimana ngurus visa-nya? Kalau ada tiket seharga USD 700-an pp dan tanggalnya cocok, langsung beli aja, hitungannya murah. Rentang harga USD 800-900-an untuk bulan Juli (high season) nggak murah banget, tapi sudah lumayan. Kalau kita menunda-nunda beli tiket dan sudah mepet waktunya, plus kurang beruntung, dapatnya ya di atas USD 1000.

Dari hasil search di Skyscanner, tiket pesawat ke Paris lebih murah daripada ke Amsterdam, untuk tanggal yang saya pilih. Tiket dari Singapura dan Kuala Lumpur lebih murah daripada tiket dari Jakarta, apalagi Surabaya. Tiket dari Surabaya berkisar Rp 16 juta per orang, naik Garuda dan Etihad. Sementara dari Jakarta Rp 14-15 juta per orang untuk bulan Juli, gabungan beberapa maskapai. Dari Kuala Lumpur atau Singapura sekitar Rp 9-11 juta, tapi kami harus menambah tiket sendiri dari Surabaya ke Singapura atau KL. Rata-rata harga murah saya dapatkan dari maskapai yang perlu transit 1 kali, terutama di Timur Tengah. Penerbangan nonstop ke Eropa harganya lebih mahal. Impian saya naik Singapore Air juga buyar karena harganya sampai 20 juta. 

Catatan penting untuk yang berencana membeli tiket ketengan: kita harus cek dulu harga tiket dari bandara asal. Dalam kasus saya, pilihan penerbangan dari Surabaya ke Singapura cukup banyak dan harganya lebih murah dari penerbangan ke KL yang hanya dilayani oleh Air Asia dan Lion. Saya sebenarnya juga lebih suka transit di Changi Airport daripada KLIA. Waktu itu saya menemukan tiket penerbangan dengan tanggal yang cocok dari KL ke Paris hanya 8,6 juta. Tapi ternyata penerbangan pulang dari KL ke Surabaya naik Air Asia untuk tanggal tersebut sampai 3 jutaan. Saya hampir tidak percaya, tapi nyatanya begitu. Mungkin ini tarif TKI pulang kampung?

Saya juga sarankan kalau harganya sudah cocok dan masuk range budget untuk segera membeli saja. Selama saya awasi di Skyscanner app, harga tiket pesawat jarang turun. Yang ada malah naik terus. Daripada nyesel, kan?
 

Kenapa nggak beli di agen saja? Saya juga bandingkan kok harga dari agen, yang bisa diintip secara online seperti NusaTrip dan Panorama. Tapi harganya nggak beda jauh dari yang ada di SkyScanner. Kalau harus menghubungi sendiri agen perjalanan, saya orangnya malas keluar rumah dan kurang cakap sabar berkomunikasi via telepon. Lagipula, handphone saya memang jarang ada pulsanya :D Tapi membeli via agen memang ada kelebihannya. Tiket bisa booking dulu tanpa harus membayar di muka untuk keperluan visa. Setelah visa dapat, baru dibayar. Yang saya tidak tahu, bisa nggak kita batalkan tiket dari agen setelah visa didapat kalau nemu tiket online yang lebih murah? Curang nggak kalau gini?

Setelah galau melihat pergerakan harga tiket, akhirnya saya atas persetujuan Si Ayah memilih naik Emirates dari Singapura menuju Paris, via Dubai. Kami pernah naik Emirates dari Christchurch NZ ke Sydney dan anak-anak suka banget dengan entertainment system dan hadiah dari mereka. Saya sendiri excited bakalan naik pesawat tingkat (hahaha) A380. Fyi, untuk penerbangan yang sama dari Jakarta, Emirates tidak menggunakan A380.

Harga tiket SIN-CDG yang saya beli SGD 979,9 per orang, atau sekitar USD 875. Kalau dirupiahkan menjadi Rp 10.446.715 per orang. Tiket untuk Little A lebih murah USD 100. Ada diskon tarif untuk anak-anak di bawah 12 tahun. Sayang banget Big A sudah di atas 12 tahun. Yang anaknya usia nanggung, mending cepet-cepet ke Eropa sebelum menginjak usia 12. Lumayan, hematnya sampai Rp 1,2 juta. Total tiket Emirates untuk sekeluarga (4 orang) = Rp 40.563.262.

Saya membeli tiket di website resmi Emirates dengan menggunakan kartu kredit Indonesia. Sebenarnya limit kartu kredit saya tidak cukup untuk membayar tiket seharga segitu. Untuk mengakalinya, saya 'membayar lebih' tagihan bulan berjalan sampai limitnya cukup. Misal, limit kredit 20 juta. Tagihan bulan ini 5 juta, pemakaian yang belum ditagih 5 juta, sehingga sisa limit 10 juta. Karena ingin punya limit minimal 40,6 juta, saya membayar tagihan sebesar 30,6 juta. *terbukti lagi kalau saya pinter matematika* Atau cara lain: kita bayar tagihan sebesar harga tiket pesawat (menabung di kartu kredit), sehingga masih ada sisa limit untuk keperluan lain.

Sementara untuk tiket ketengan SUB - SIN saya membeli tiket Air Asia untuk saya dan anak-anak. Total 3 tiket seharga Rp 887.000 tanpa bagasi. Si Ayah menggunakan poin Krisflyer-nya untuk membeli tiket SUB - SIN, jadi tinggal membayar pajak saja sebesar USD 41 atau Rp 489.123, sudah termasuk bagasi 30kg. Mengapa berangkatnya terpisah? Karena saya nggak kuat beli 4 tiket SQ :p Tiket pulang, kami barengan naik China Airlines dari Singapura ke Surabaya. Harga tiketnya SGD 128 atau Rp 1.251.700 per orang. Saya membeli online di website resmi China Airlines yang tidak begitu meyakinkan :p Catatan: kartu kredit yang digunakan untuk membayar, baik di website Emirates maupun China Airlines akan diverifikasi ketika cek in. Semua print online ticket ini saya lampirkan sebagai syarat pengajuan visa Schengen.

Total yang saya keluarkan untuk tiket dari Surabaya ke Paris untuk empat orang adalah Rp 46.946.185. Rata-rata per tiket sebesar Rp 11.736.546. *tarik napaaaas* 

Saya langsung lega sekaligus lemes setelah memencet tombol BUY. Ini belanjaan online saya yang paling mahal. Belum pernah saya keluar uang sampai segini. Kecuali DP KPR sih, tapi tetep aja...
 
Ada yang punya pengalaman membeli tiket pesawat ke Eropa? Lewat agen atau online? Kena berapa? Share di komentar ya :)

~ The Emak

Baca juga:
#EuroTrip
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga 
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen
Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa Terbang Ke Eropa Dengan Emirates  Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!
Tip Packing Ke Eropa

Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  

Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam

Read more ...

PENGERTIAN ETIKA, PENGERTIAN PROFESI, CIRI KHAS PROFESI DAN PROFESIONALISME & ASPEK BISNIS DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI


Read more ...

UU no.19 TENTANG HAK CIPTA


Read more ...

Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen


Asuransi perjalanan merupakan salah satu syarat untuk mengajukan Visa Schengen. Sebenarnya ini urusan gampang, karena kita bisa membeli online. Tapi... di kasus saya ada beberapa hal yang membuat saya galau dan ribet sendiri. Begini ceritanya.
Ketika kita mendaftar pengurusan visa Schengen di website TLS Contact (agen untuk kedutaan Perancis), kita diberi daftar perusahaan bonafid penyedia asuransi perjalanan. Tinggal pilih salah satu dari perusahaan tersebut, beli sesuai lama perjalanan kita dengan minimal coverage atau pertanggungan sebesar EUR 30.000 per orang.

Berikut daftar pilihan perusahaan asuransi perjalanan: ACA, AIA, ACE, Chartis, AXA, Wintherthur, Harta, Sinar Mas, Assist-Card GSA, Grasia Unisarana, Zurich Insurance, Asuransi Allianz, Mega Insurance, dan China Taiping.

Dari daftar tersebut, saya cek beberapa website perusahaan asuransi yang pernah saya dengar namanya. Hasilnya, hanya AXA yang punya fasilitas pembelian online. Sebenarnya bisa saja kita beli asuransi dengan mendatangi salah satu kantor perusahaan tersebut atau lewat travel agen besar. Tapi saya yang pemalas ini enggan meninggalkan kursi dan laptop tercinta :D Saya putuskan untuk membeli online di website AXA. Toh dulu pernah beli online juga ketika kami jalan-jalan ke Singapura, dan tidak ada masalah.

Masalah muncul ketika saya baca-baca rekomendasi orang di blog. Ada dua blog yang bilang bahwa untuk keluarga, kita sebaiknya membeli asuransi secara terpisah, bukan yang paket keluarga (family package), karena pertanggungan totalnya kurang dari EUR 30.000 per orang. Nah, daripada salah, saya menuruti saran dari dua blog tersebut. Saya beli asuransi individu untuk Si Ayah sebesar $43 atau setara Rp 498.327. Pembayaran online dengan kartu kredit.


Dulu, ketika saya membeli asuransi AXA untuk perjalanan ke Singapura (waktu itu untuk jaga-jaga karena ada kiriman kabut asap dari Indonesia), setelah membayar, saya dikirimi polis dalam bentuk file pdf via email. Tapi, ketika membeli asuransi untuk Schengen ini, hanya ada kiriman invoice di badan email, seperti email otomatis tanpa embel-embel ucapan apa-apa. Dan dikirim via akun gmail. Waduh, saya jadi curiga dan deg-deg-an kalau terkena scam atau apa, atau membeli di website yang salah. Mosok perusahaan sebesar itu kirim invoice via akun gmail? Piye iki kalau duit $43 saya melayang?

Karena ragu-ragu, saya tidak melanjutkan pembelian untuk keluarga. Saya kontak AXA via akun twitter-nya dan mendapat konfirmasi bahwa memang invoice dikirim via akun gmail (lhah!). Sekalian saya tanyakan apakah paket asuransi keluarga sudah bisa meng-cover syarat visa Schengen. Mereka bilang coverage untuk keluarga adalah dua kali coverage individu. Kalau untuk individu sebesar USD 100.000, berarti paket keluarga sebesar USD 200.000. Hal-hal seperti ini yang tidak saya temukan di website mereka. Ternyata aturan tertulis tersebut ada di keterangan polis yang file-nya harus diunduh terpisah. 

Saya mulai tanya-tanya teman di twitter, apa ada yang sudah punya pengalaman membeli asuransi perjalanan untuk keluarga. Beberapa jawaban yang masuk adalah: "Waduh, nggak ingat. Waktu itu diurus sama kantor." Duh, enaknya yang diurusin (dan dibayarin) sama kantor.


Karena masih ragu, saya gunakan cara tradisional, mengontak agen AXA di Surabaya via telepon. Setelah diyakinkan bahwa paket keluarga sesuai dengan syarat visa Schengen, saya minta asuransi individu Si Ayah di-upgrade ke asuransi keluarga. Ini melibatkan penanganan banyak agen AXA melalui email. Tapi pelayanan mereka bagus kok. Semua bisa diselesaikan dengan email dan pembayaran dilakukan dengan transfer e-banking. Mereka juga mengirimi saya saya polis pdf yang lebih wangun daripada invoice dari akun gmail. Beres tanpa harus keluar rumah.

Paket asuransi keluarga Platinum (pertanggungan 2x USD 100.000) untuk 14 hari perjalanan harganya $68. Karena saya sudah membeli paket individu sebesar $43, saya tinggal menambah $25 atau Rp 288.175. Bayangkan berapa kerugian saya akibat salah informasi tadi. Kalau membeli 4 paket individu, harus keluar uang 4x $43 = $172. Padahal sebenarnya cukup bayar $68. Selisihnya $104!
   
Maafkan saya yang terlalu pintar matematika ini.



Nah, dari pengalaman saya yang berliku-liku dalam membeli asuransi perjalanan ini, kalian bisa ambil pelajaran dan tip-nya. Untuk keluarga dengan anggota maksimal 4 orang, kita bisa membeli paket keluarga, tidak perlu membeli asuransi terpisah. Kalau dihitung-hitung, syarat coverage EUR 30.000 per orang setara dengan USD 40.250. Untuk keluarga dengan empat orang, kita perlu coverage setara dengan USD 161.000, sementara coverage paket platinum keluarga sebesar 2x USD 100.000. Masih masuk kan? *pinter* Untuk keluarga dengan anggota lebih dari 4 orang, mungkin perlu beli 1 asuransi individu dan 1 paket keluarga. Atau coba tanyakan saja solusinya ke agen ;)

Cara Membeli Asuransi Perjalanan Online
1. Buka website AXA --> http://www.axa-insurance.co.id/bhs

2. Klik BELI ONLINE Asuransi Perjalanan Smart Traveller
3. Pilih perjalanan satu kali
4. Masukkan tanggal berangkat dan tanggal kembali sesuai rencana perjalanan. Lama perjalanan menentukan harga.
5. Masukkan tujuan: Seluruh dunia termasuk negara-negara Schengen
6. Pilih jenis pengajuan: KELUARGA. Masukkan jumlah tertanggung: 4 (empat)
7. Pilih Premi Worldwide Platinum
8. Masukkan identitas masing-masing anggota keluarga
9. Lanjutkan ke pembayaran. Bisa dengan kartu kredit (visa/mastercard), transfer bank atau bayar di Alfamart.
10. Selesai. Cek email untuk mendapatkan invoice/polis.

Ketika kelengkapan asuransi kami diperiksa oleh petugas di TLS Contact, ternyata mereka tidak memerlukan keterangan pertanggungan polis dan dokumen lain. Mereka hanya perlu nomor polis kita yang sesuai dengan nama di paspor. Sebenarnya cukup dengan menunjukkan print invoice, nggak peduli dikirim dari email gmail atau apa, hahaha.

Ada yang punya pengalaman lain ketika membeli asuransi perjalanan? Share di komentar ya :)

~ The Emak

 
Baca juga:
#EuroTrip
Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga 

Berburu Tiket Pesawat Murah ke EropaTip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa Terbang Ke Eropa Dengan EmiratesPertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!
Tip Packing Ke Eropa

Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  

Review Novotel Off Grand Place Brussels
Review Hotel Meininger Amsterdam
Read more ...

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

Impian saya jalan-jalan ke Eropa akhirnya terkabul tahun ini. Alhamdulillah. Senang dan semangat banget bikin rencana dan itinerary. Tapi... tentunya harus mau ribet dikit ngurus visa.

Schengen itu apa?
Wilayah Schengen meliputi 26 negara di Eropa yang telah menghapuskan pemeriksaan paspor di perbatasannya. Kalau kita memiliki visa Schengen, kita bisa bebas keluar masuk 26 negara tersebut tanpa pemeriksaan paspor lagi. Dengan kata lain, ketika kita mengajukan visa (izin berkunjung) ke salah satu negara yang termasuk di wilayah Schengen, kita mendapat bonus visa ke 25 negara lainnya. Jadi sebenarnya rugi besar kalau visa Schengen cuma digunakan untuk berkunjung ke satu negara saja :)

Berikut daftar negara-negara di Eropa yang termasuk di wilayah Schengen:
1. Austria
2. Belgia
3. Czech Republic
4. Denmark
5. Estonia
6. Finlandia
7. France (Perancis)
8. Germany (Jerman)
9. Greece (Yunani)
10. Hungaria
11. Iceland
12. Italia
13. Latvia
14. Liechtenstein
15. Lithuania
16. Luxembourg
17. Malta
18. Netherland (Belanda)
19. Norwegia
20. Polandia
21. Portugis
22. Slovakia
23. Slovenia
24. Spanyol
25. Swedia
26. Swiss

Catatan penting: Inggris dan Irlandia tidak termasuk di wilayah Schengen. Cek di website ini untuk aplikasi visa Inggris (UK).

Via Kedutaan Mana?
Aplikasi visa Schengen bisa diajukan ke kantor salah satu kedutaan dari 26 negara di atas. Tentu saja kita wajib memilih kedutaan negara yang akan kita kunjungi. Kalau kita mengunjungi lebih dari satu negara, cara memilih kedutaannya yaitu:

Aturan 1: ke kedutaan negara yg paling lama ditinggali
Aturan 2: kalau lama kunjungannya sama antar negara, ajukan visa ke kedutaan negara pertama yang akan disinggahi

Kami berencana mengunjungi empat negara: Perancis, Belgia, Jerman dan Belanda. Karena paling lama tinggal di Paris, kami apply visa via kedutaan Perancis. Lagipula, Si Ayah memang punya undangan untuk menghadiri konferensi di sana.

Rumornya, mengurus visa Schengen paling gampang di Kedutaan Belanda. Dari beberapa blog yang saya baca, kalau semua dokumen lengkap, visa Schengen bisa langsung jadi dalam satu hari. Kalau memang ingin mengajukan visa lewat kedutaan Belanda di Jakarta (atau bisa juga via konsulat di Surabaya atau Denpasar), buatlah itinerary dengan lama tinggal paling lama di Belanda, dan carilah penerbangan yang mendarat di Amsterdam.

Dokumen
Semua informasi tentang pengajuan visa Schengen via kedubes Perancis ada di website ini. Kita tidak langsung apply di kantor kedutaan Perancis, tapi via agen yang telah mereka tunjuk, yaitu TLS Contact.

Berikut adalah dokumen yang perlu kita persiapkan:
1. Formulir, bisa diunduh di sini.
2. Dua pas foto berwarna ukuran 3,5 cm x 4,5 cm, latar belakang putih. 
Boleh berjilbab, pipi dan dahi harus terlihat penuh, tidak tertutup.
3. Tiket pesawat dari Indonesia ke negara tujuan pp, salinan.
4. Asuransi perjalanan asli dan salinan.
5. Booking hotel, harus sudah dibayar atau digaransi dengan kartu kredit.
6. Bukti Keuangan: Surat Keterangan dari Bank, asli dan salinan, plus salinan buku tabungan 3 bulan terakhir.
7. Working certificate, Surat Keterangan Perusahaan, berbahasa Inggris, asli.
8. Slip gaji 3 bulan terakhir, asli dan terjemahan dalam bahasa Inggris.
9. Kartu Keluarga (KSK), salinan. (Asli sebaiknya dibawa)
10. Paspor, minimal masa berlaku 6 bulan, asli dan salinan (halaman yang ada foto dan identitas)
11. Paspor lama, asli dan salinan (halaman yang ada foto dan identitas)

Untuk Si Ayah, saya tambahkan surat undangan dan bukti pendaftaran konferensi.
Untuk anak-anak ditambah:
- akte kelahiran, asli, salinan dan terjemahan dalam bahasa Inggris. 
- akte nikah orang tuanya, salinan.
- surat keterangan dari sekolah, asli dan salinan dalam bahasa Inggris. 
Anak usia TK/PG tidak perlu surat keterangan sekolah.
Kalau anaknya traveling hanya dengan salah satu ortu aja, perlu surat keterangan dari ortu satunya dalam bahasa Inggris atau Perancis.

Ribet?
Sebenarnya tidak susah menyiapkan dokumen-dokumen di atas, hanya perlu waktu saja. Siapkan dari yang gampang dan sudah tersedia: unduh dan isi formulir, cek masa berlaku paspor (minimal 6 bulan), siapkan KSK dan akte lahir, siapkan pasfoto terbaru (maksimal diambil dalam 6 bulan terakhir).

Mutasi buku tabungan utama (yang digunakan untuk menerima gaji atau pemasukan rutin) harus rajin dicetak dalam 3 bulan terakhir. Menjelang apply visa, kita harus minta surat keterangan dari bank. Berapa uang yang harus ada di tabungan? Kedutaan Perancis tidak mensyaratkan jumlah tertentu, tapi perkirakan saja cukup untuk biaya hidup selama kita di sana. Kami sendiri hanya punya tabungan 50 juta waktu itu, untuk apply visa berempat. Saya memilih status sebagai ibu rumah tangga biar tidak ribet melampirkan macam-macam, sehingga buku tabungan pun cukup nebeng punya suami :p

Surat keterangan kerja mudah didapat untuk yang berstatus pegawai/karyawan. (Yang susah kan ambil cutinya ya? Hehehe). Dalam surat tersebut harus menyatakan bahwa karyawan ini benar-benar bekerja di perusahaan/instansi tersebut, mengambil cuti selama berapa hari untuk berkunjung ke negara-negara wilayah Schengen, dan akan kembali bekerja lagi di Indonesia (tidak mencari pekerjaan di sana). Yang punya perusahaan sendiri, harus melampirkan SIUPP perusahaan. Yang nggak punya pekerjaan tetap seperti saya, bisa nebeng suami atau orang tua. Bahkan kalau suami/ortu tidak ikut apply visa, bisa dibuatkan surat keterangan dan jaminan. Begitu juga surat keterangan dari sekolah, cukup menerangkan bahwa siswa tersebut benar-benar bersekolah di sana dan izin tidak masuk untuk liburan ke Eropa.   

Asuransi perjalanan juga mudah dibeli secara online. Kami menggunakan AXA insurance yang meng-cover negara-negara Schengen. Pengalaman membeli asuransi saya tulis di sini.

Syarat yang cukup berat adalah tiket pesawat dan bukti pemesanan hotel. Dalam aturan dari kedutaan memang tidak disarankan untuk membayar full tiket pesawat karena tidak ada jaminan visa akan diterima. Disarankan memesan via agen perjalanan (tiket belum issued - dikeluarkan). Tapi saya nekat membeli tiket terlebih dahulu via online karena mendapat promo dari Emirates. Lagipula, membeli via agen harganya lebih mahal. Seapes-apesnya, kalau visa Schengen ditolak, masih bisa menggunakan tiket ini untuk liburan ke Turki (dengan visa on arrival). Tiket promo memang tidak bisa di-refund, tapi bisa dialihkan rute dan tanggalnya, dengan nama penumpang yang sama.

Untuk memesan hotel, saya menggunakan website Booking.com yang menyediakan fasilitas pembatalan dengan gratis. Dari website ini pun kami bisa bayar belakangan, tinggal menyertakan data kartu kredit untuk garansi. Karena mengajukan visa jauh-jauh hari, itinerary kami belum fixed. Saya dan Si Ayah masih saja bertengkar mau nginep berapa hari di kota mana. Jadi memang perlu pesan hotel yang sewaktu-waktu bisa dibatalkan. Sebenarnya, itinerary perjalanan ke Eropa ini bisa fleksibel, asalkan kita sudah memesan semua penginapan sesuai berapa hari kita bermalam. Nanti setelah visa beres, itinerary bisa diubah kembali. Ketika itu, jadwal kami yang sudah tetap dan mantap adalah lama menginap di Paris, sehingga bisa langsung booking via airbnb. Kami menyewa apartemen untuk 7 malam dan dibayar di muka dengan kartu kredit via website airbnb

Visa Schengen memang mensyaratkan kita sudah punya itinerary yang jelas: kota mana saja yang akan kita kunjungi dan berapa lama untuk masing-masing kota. Kami melampirkan itinerary yang kami buat sendiri dengan Excel sehingga petugas visa mudah mencocokkan dengan salinan booking pesawat via Emirates dan pemesanan hotel/apartemen via Booking dot com dan Airbnb.

Prosedur
Kami apply visa sendiri, tanpa melalui agen. Pengajuan visa ini bisa dilakukan jauh-jauh hari, sampai 3 bulan sebelum keberangkatan. Usahakan mengurus visa tidak terlalu mepet karena kalau bersamaan dengan musim liburan, banyak slot wawancara yang sudah terisi. Kami sendiri mulai mengurus visa dua bulan sebelum jadwal keberangkatan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah mendaftar di website TLS Contact. Cukup kepala keluarga saja yang mendaftar, nanti tinggal melengkapi data anggota keluarganya. Setelah mempunyai akun di TLS Contact dan tahu jenis visa yang akan kita ajukan, TLS akan membuatkan daftar dokumen yang perlu kita siapkan. Setelah itu kita bisa membuat janji temu (wawancara) dengan mereka. Daftar slot waktu yang tersedia bisa dilihat dan dipilih di website.

Dengan aturan baru, sejak Oktober 2013, setiap orang berusia di atas 12 tahun wajib datang sendiri ke kantor TLS untuk pengambilan data biometric (sidik 10 jari dan foto). Karena itu, mau tidak mau kami berempat harus datang ke kantor TLS di Menara Anugerah Kuningan Jakarta. Big A memang sudah di atas 12 tahun. Little A sih masih 5 tahun, tapi nggak mungkin kan meninggalkan dia sendirian di Surabaya?

Hari Jumat pagi tanggal 16 Mei, kami sudah siap untuk wawancara visa, setelah semalam menginap di hotel Puri Denpasar, lima menit naik taksi dari kantor TLS. Pastikan jangan datang telat dari waktu yang ditentukan ya.

Pertama, dokumen kami diperiksa dan ditanda tangani. Kemudian, wawancara dilakukan dan ternyata cukup diwakili oleh kepala keluarga saja. Ini membuat Little A sedih karena dia ingin sekali diwawancara. Haduh, ada-ada saja. Sudah, ikuti aturan saja, jangan membuat keributan ya, Nak. Kata Si Ayah, petugas hanya menanyakan tujuan kami ke Eropa (Si Ayah ikut konferensi dan saya bersenang-senang :D), mengecek itinerary kami dan kelengkapan dokumen. Waktu itu saya membawa semua dokumen asli yang kira-kira diperlukan, untuk jaga-jaga. Nggak lucu kan kalau ada yang terlewat dan harus mengambil di Surabaya? Ternyata petugas memang hanya mengambil dokumen sesuai daftar yang kami peroleh saat mendaftar di website TLS. Semua dokumen lainnya dikembalikan. Tentu saja, paspor asli kami ditahan di sana untuk dilampiri stiker kalau visa diterima. Setelah semua beres, kami membayar biaya visa di loket, dengan uang tunai yang pas karena mereka tidak menyediakan uang kembalian. Biaya visa dan biaya layanan TLS total IDR 1.355.400 per orang. Kami membayar 3x 1,355 juta. Anak di bawah usia 6 tahun masih gratis. Alhamdulillah :)

Setelah membayar, kami difoto dan diambil sidik jarinya. Data sidik jari ini akan disimpan selama 5 tahun di database mereka. Artinya, kalau kami perlu visa Schengen lagi dalam 5 tahun ke depan, pengambilan sidik jari tidak lagi diperlukan.

Proses di kantor TLS hanya memakan waktu kurang lebih setengah jam. Setelah semua beres, kami tinggal menunggu hasil. Kemajuan visa kami bisa dilacak di website mereka. Akhirnya seminggu kemudian, pengajuan visa Schengen kami diterima. Alhamdulillah... saya yang deg-deg-an sejak awal proses visa ini akhirnya bisa bernapas lega. 

Karena kami sudah kembali ke Surabaya lagi, pengambilan visa ke kantor TLS diwakilkan ke adik ipar saya, dengan membawa surat kuasa bermaterai dan salinan KTP kedua belah pihak. Meskipun hanya mengajukan visa untuk 14 hari sesuai itinerary, visa kami berlaku sampai 3 bulan dengan multiple entries, berlaku sampai 1 Oktober 2014.

Europe... I'm comiiiiiinnngggg...

~ The Emak


LAMPIRAN
Ini contoh
surat keterangan kerja, surat keterangan dari sekolah dan contoh itinerary sheet. Klik untuk memperbesar. Boleh diunduh, boleh dibagikan dengan mencantumkan tautan www.travelingprecils.com

Contoh surat keterangan kerja

Contoh surat keterangan dari sekolah
Contoh itinerary


For a thank you, I appreciate if you follow twitter @travelingprecil, instagram @travelingprecils and "like" fanpage FB Traveling Precils.

Ini kisah Keluarga Precils apply visa lainnya:
- visa turis Australia
- visa turis New Zealand

Baca Juga:
#EuroTrip
Membeli Asuransi Perjalanan Untuk Visa Schengen

Berburu Tiket Pesawat Murah ke Eropa  
Tip Membeli Tiket Kereta Keliling Eropa 
Terbang Ke Eropa Dengan Emirates
Pertama Kali ke Eropa? Ini Itinerarynya!
 
Tip Packing Ke Eropa

Mencari dan Memesan Penginapan dengan Airbnb  
Review Novotel Off Grand Place Brussels 
Review Hotel Meininger Amsterdam
   
 
Read more ...